Aku menulis ini bersama rasa
sakit yang tak benar-benar kau mengerti. Bahkan akupun tak mengerti. Aku
menatap layar laptopku dengan wajah masam. Berujung pada perasaan yang tidak
mampu kau tebak. Pahamkah kamu, perjuanganku juga butuh kepedulianmu?
Entah apakah aku terlalu bodoh
untuk menilai ataukah aku terlalu egois untuk memaklumi. Aku masih bertahan.
Bertahan sendiri pada perasaan yang membingungkan. Mempertahankan yang
seharusnya aku hempaskan. Aku mencoba sabar, sabar menghadapimu. Aku menanti
sudah sangat lama, mengharapkan perhatianmu terlempar kearahku, mengharapkan
perasaanmu segera memahami perasaanku. Tapi, hal itu tak kunjung kutemui. Kamu
masih diam di tempat dan tak menoleh sedikitpun ke arahku.
Apakah perjuangan dan kesabaran
yang kulakukan tak benar-benar terlihat di matamu? Kau jelas mengerti
keberadaanku kan? Lantas, mengapa hanya terdiam dan membisu?
Aku kesepian dan kedinginan dalam
malam. Sendirian. Sosokmu tak pernah ada saat kubutuhkan. Aku semakin tak
mengerti, apakah aku harus terus bertahan untuk kebersamaan kita? Apakah aku
harus terus berjuang untuk dirimu? Namun, selama ini yang kuperoleh hanya
pengabaian; dimanakah hal yang bisa memberi kebahagiaan?
Kamu jauh disana, tak banyak yang
bisa kulakukan kecuali membawa namamu dalam perbincangan panjangku bersama
Tuhan. Memerhatikanmu diam-diam meskipun kau tak ingin tahu perasaanku. Mematri
bayangmu dalam doa-doaku, mentasbihkan namamu pada setiap serpihan kata yang
terucap.
Masih perlukah perjuanganku
kulanjutkan? Masih haruskah aku bertahan? Semakin sering wajahmu berotasi di
kepalaku semakin banyak pertanyaan muncul apakah kau pantas untukku?
-seseorang yang selalu memperjuangkanmu&menunggumu-