Selasa, 31 Desember 2013

Bukan Tulisan yang Indah

Seperti halnya pelangi, datang dengan indah setelah hujan membasahi. Tiga ratus enam puluh lima hari berjalan dengan begitu cepat membawa banyaaaaak sekali kenangan, 2013 telah berganti menjadi 2014.

Minggu, 29 September 2013

Terima kasih, September!

Begitu banyak kejadian yang terjadi selama tiga puluh hari ke belakang. Semua silih berganti mengikuti alurnya. Senang dan sedih. Senyum dan air mata.

Tiga puluh hari sangat cepat berlalu. Sangat cepat datang kemudian pergi begitu saja. Meninggalkan banyak sekali kenangan, kenangan  manis dan pahit sekalipun. Berapa banyak ukiran senyum yang mampu kuukir selama ini? Banyak. Berapa  banyak tetesan air mata yang telah menetes selama ini? Banyak.

Sebanyak itulah rasa syukurku kepada Tuhan. Skenario yang indah telah diberikanNYA. Tak banyak yang bisa kutuliskan. Sungguh. Aku masih ada pada titik kebahagiaan karena apa yang telah diberikan Tuhan.

Terima kasih Tuhan atas September yang indah ini, terima kasih.

Semoga, akan ada September September lainnya.


Dan untuk kamu yang selalu mengisi penuh sudut otakku, sampai bertemu di September tahun depan, ya! Amin. :-) 

Kamis, 26 September 2013

Selamat Ulang Tahun, ya!

Aku mengerti, kamu tak akan membaca tulisan ini, bahkan kamu tak akan tau keberadaan tulisan aneh ini. Ya. Tulisan aneh. Jelas saja aneh. Tulisan yang dibuat oleh seorang wanita pengecut yang hanya mampu melihat sosokmu dari kejauhan, tanpa mampu mendekat apalagi menyentuh. Dan dengan segala daya upayaku, akupun tentu tak kan mungkin bisa membuat membaca tulisan ini.

Masih melekat di ingatanku, saat kelas 1 SMP, aku hanya mampu mendoakanmu tepat pada tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini. Kemudian, saat kelas 2 SMP, selain mendoakanmu, aku mencoba melakukan hal gila dengan ‘menyukai’ semua kiriman di wall facebookmu. Sungguh. Seperti sedang diluar kesadaran saat melakukan semua itu. Hingga akhirnya, saat kelas 3 SMP. Aku mulai mencoba ‘sedikit’ lebih dewasa.

Sudah satu tahun berlalu sejak aku menyuruh temanku memberi suatu bungkusan kepadamu. Aku masih sangat ingat, aku hanya membungkusnya dengan kertas koran bekas yang sudah terlipat-lipat karena telah lama menumpuk di kamarku. Disertai setengah lembar kertas HVS bertuliskan kalimat “Happy Bday” lalu diikuti namamu. Sederhana. Sesederhana itu aku membungkusnya dengan penuh perasaan berharap. Berharap kau menyukai isinya.

Jika kamu membaca tulisan ini, mungkin kamu akan tertawa kencang, tapi, mana mungkin kamu membaca tulisan ini? Bukankah aku tidak pernah menjadi sosok penting di matamu? Aku adalah sosok yang terlampau aneh untuk makhluk se-istimewa dirimu. Aku hanya bisa memandangmu diam-diam dari kejauhan sambil sesekali membuang muka saat kaudapati aku sedang melakukan hal konyol itu. Oh, iya, kamu adalah salah satu inspirasiku menulis cerpen. Terima kasih, ya.

Sepertinya, sudah cukup mengenang masa-masa bodoh itu. Sebodoh aku yang masih yakin bahwa setelah menunggu pasti ada yang datang. Hingga tiga tahun. Ya. Tiga tahun yang semu ini. Semu saat kamu mulai bisa membuka hati dan menentukan pilihan. Saat kamu sudah mulai bahagia dan mengukir senyum bersama orang lain.

Kamu sudah tumbuh menjadi remaja. 16 tahun bukan lagi umur dimana kamu selalu bermain dan terus bermanja-manjaan, kan? Aku tidak akan banyak meminta. Aku tidak akan banyak berharap. Aku hanya ingin, ALLAH SWT akan terus dan selalu melindungimu. Semoga kamu terus bahagia dengan apa yang telah menjadi pilihanmu. Sungguh, jika kamu bahagia, akupun bahagia. Selamat ulang tahun, ya! Aku tetap mengagumimu.

Buku yang setahun lalu masih kamu simpan, kan? Dibaca ya jangan dianggurin kaya ini. *nunjuk hati*

-dari seseorang yang bukan siapa-siapa mu-



Rabu, 26 Juni 2013

Pacaran? Pacar?

Hi guys! Kali ini saya datang tidak dengan dramatisasi novel teenlit yang lagi hot majang di toko-toko buku, jadi kali ini pakai ‘lo gue’an aja. Okay? Yuk cekidot gue mau share dikit tentang cerita gue.

Jadi gue sekarang gak bakal basi-basi kelamaan keburu nasi basinya jadi tambah basi ya. Gue agak kepo sekaligus punya tanda tanya GEDE banget tentang hubungan yang namanya ‘pacaran’ dan manusia yang kadang nyebut dirinya sebagai ‘pacar’. JEDYEENGG!

Kenapa sih di dunia ini harus ada yang namanya ‘pacaran’? Sebenernya gue lumayan sebel sama hubungan yang satu ini. Sumpah demi apapun gue gangerti sama hubungan ini. Dan kenapa sih namanya harus ‘pacaran’? Gak ada yang lain gitu? Apa kek yang dikit gak ngeselin.

Oke disini gue adalah sebagai makhluk awam dalam hal pacaran, alias gue belum pernah sama sekali ngejalin hubungan yang namanya ‘pacaran’. Oke kali ini kalian sebagai pembaca boleh ngejek gue jones atau apalah, gue kebal-_- dan itu lagi apalah jones jones jomblo ngenes gila bro gak beken banget kalau udah ada kata ‘ngenes’ itu……

Dulu pas jaman SD, gue pernah dikatain temen gue pake kata-kata ‘ngenes’ pas gue lagi basah kuyup abis kena ujan. Gue pasrah semoga hal itu cuma terjadi sekali dalam hidup gue. Amin.

Balik lagi ke permasalahan awal, ‘pacaran’. Menurut observasi gue ke lingkungan temen-temen, nonton film dan kepo-in tweet orang, pacaran adalah manis di awal pahit kemudian. Ah gue semakin gangerti kan-_- gini gini, jadi ada fase awal sebelum pacaran yang namanya PDKT. PDKT = pedekate = pendekatan. Kampret kan singkatannya bikin bayi gagal pipis.

Ada nih, temen gue yang rajin banget kalau disuruh pacaran, tapi Alhamdulillah dia bisa jaga kehormatan ceweknya. Kalau kaya gini gue gak takut buat pacaran. #halah. Terus, ada lagi temen gue yang punya pacar terus putus terus punya pacar lagi dan putus lagi, heran bro kenapa bisa cepet gitu? Jadi sebelum dia putus sama pacarnya dia udah nge-gebet orang lain gitu? KERAS!

Nah terus, lain lagi sama yang ini. Bilangnya sih gini, “mantan lo berapa? | 13 | alah masih banyak gue, lo kalah deh gue 27”, gue cuma bisa cakar-cakar tembok aja nih denger yang kaya gini. Itu 27 orang semua apa orang-orangan sawah? Asli gue curiga berat sama yang kaya gini.

Oke oke, setelah udah gue kasih contoh beberapa diatas, gue pengen nanya, sebenernya se-penting apa sih ‘pacaran’ itu? Bisa gak sih ada orang yang datang di depan muka gue dan jelasin apa diskripsi ‘pacaran’? Sini gue tampung semua. Semakin kesini gue ngerasa, kalau kenapa sih pacaran selalu di unggul-unggulin? Contohnya ya, 1. Nolak pergi bareng temen alasannya takut sama pacar karena diajak jalan pacar, 2. Istirahat makan bareng pacar bukan sama sahabat, 3. Mau aja anter-jemput pacar kemanapun pacar mau tapi anter Ibu ke pasar alasannya seribu. HELLO? PEREMPUAN PERTAMA YANG LO KENAL SIAPA? IBU! LO LAGI DOWN SIAPA YANG HIBUR? SAHABAT! LO LAGI SAKIT SIAPA YANG RAWAT? IBU DAN SAHABAT LO!

Sorry sorry gue ganyante kan-_- oke, jadi pacaran seribet itu? Iya? Asli gue males.

Semakin gue kepo semakin gue tau, pacar selalu lebih penting dari apapun setelah duit. Iya duit. Setelah lo pamerin Avanza, pasti lo mamerin pacar kan? Iyakan? IYAKAN? Gue gak bercita-cita punya pacar suka pamer kaya gitu deh asli astagfirullah.

Oh iya, gue mau nanya lagi, lo pernah gak sih di-khianati sahabat? Sahabat yang lo udah sayaaaaaang banget. Gimana rasanya? Sakit? Lebih sakit mana sama lo di-php-in gebetan?  Hati lo kaya kena seribu tombak? Iya?

Hmmm… hidup ini memang sulit, mblo! Jangan menyerah dan jadilah orang yang pekerja keras. Disini gue gak ada maksut buat nyindir siapapun ya meskipun ini based on trus story sih, gue masih calon penulis kacangan yang butuh banget saran dari lo semua wahai pembaca yang budiman. Terima kasih dan salam super!



Dari (calon) penulis yang budiman, kepada pembaca yang budiman.

Jumat, 19 April 2013

Berjuang Untuk Bertahan


Aku menulis ini bersama rasa sakit yang tak benar-benar kau mengerti. Bahkan akupun tak mengerti. Aku menatap layar laptopku dengan wajah masam. Berujung pada perasaan yang tidak mampu kau tebak. Pahamkah kamu, perjuanganku juga butuh kepedulianmu?

Entah apakah aku terlalu bodoh untuk menilai ataukah aku terlalu egois untuk memaklumi. Aku masih bertahan. Bertahan sendiri pada perasaan yang membingungkan. Mempertahankan yang seharusnya aku hempaskan. Aku mencoba sabar, sabar menghadapimu. Aku menanti sudah sangat lama, mengharapkan perhatianmu terlempar kearahku, mengharapkan perasaanmu segera memahami perasaanku. Tapi, hal itu tak kunjung kutemui. Kamu masih diam di tempat dan tak menoleh sedikitpun ke arahku.

Apakah perjuangan dan kesabaran yang kulakukan tak benar-benar terlihat di matamu? Kau jelas mengerti keberadaanku kan? Lantas, mengapa hanya terdiam dan membisu?

Aku kesepian dan kedinginan dalam malam. Sendirian. Sosokmu tak pernah ada saat kubutuhkan. Aku semakin tak mengerti, apakah aku harus terus bertahan untuk kebersamaan kita? Apakah aku harus terus berjuang untuk dirimu? Namun, selama ini yang kuperoleh hanya pengabaian; dimanakah hal yang bisa memberi kebahagiaan?

Kamu jauh disana, tak banyak yang bisa kulakukan kecuali membawa namamu dalam perbincangan panjangku bersama Tuhan. Memerhatikanmu diam-diam meskipun kau tak ingin tahu perasaanku. Mematri bayangmu dalam doa-doaku, mentasbihkan namamu pada setiap serpihan kata yang terucap.

Masih perlukah perjuanganku kulanjutkan? Masih haruskah aku bertahan? Semakin sering wajahmu berotasi di kepalaku semakin banyak pertanyaan muncul apakah kau pantas untukku?


-seseorang yang selalu memperjuangkanmu&menunggumu-